Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan. Bahkan, angka penjualan diproyeksikan tidak hanya gagal menembus 1 juta unit, tetapi juga sulit mencapai 900 ribu unit.
Joshua Pardede, seorang pengamat ekonomi senior, memaparkan bahwa tantangan di sektor otomotif nasional tahun ini cukup berat. Dalam dialog otomotif yang digelar di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, Joshua mengungkapkan, “Kami memproyeksikan penjualan mobil tahun ini masih berada di bawah angka 900 ribu unit.”
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab lesunya penjualan mobil. Salah satunya adalah penurunan daya beli masyarakat, khususnya di kalangan kelas menengah. Selain itu, harga kendaraan yang terus meningkat turut memperberat kondisi pasar otomotif.
“Kalau kita lihat, kondisi ekonomi saat ini membuat kelas menengah lebih memilih membeli sepeda motor atau mobil bekas. Dengan pertimbangan finansial yang semakin ketat, wajar jika penjualan mobil baru mengalami penurunan,” jelas Joshua.
Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga mobil agar tidak semakin memberatkan konsumen. Selain itu, dukungan dari pemerintah melalui stimulus ekonomi diharapkan dapat memulihkan daya beli masyarakat.
“Salah satu faktor yang berpengaruh besar adalah suku bunga. Jika kondisi ekonomi global membaik dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dapat turun, maka kemampuan masyarakat untuk melakukan pembiayaan mobil baru akan meningkat,” tambahnya.
Dengan tantangan ekonomi yang dihadapi, industri otomotif nasional diharapkan dapat menemukan strategi yang tepat untuk mendorong penjualan agar tidak terpuruk lebih dalam.