Xiaomi Sukses Bikin Mobil Listrik, Kenapa Apple Malah Gagal?

Xiaomi, yang dikenal sebagai produsen smartphone terkemuka asal China, kini membuktikan kemampuannya di industri otomotif dengan sukses memproduksi mobil listrik. Dalam waktu kurang dari setahun sejak peluncuran mobil listrik pertamanya, Xiaomi telah merakit 100 ribu unit kendaraan.

Sebaliknya, Apple yang lebih dulu dirumorkan akan memasuki pasar mobil listrik justru harus menghadapi kenyataan pahit. Proyek mobil listrik Apple resmi dibatalkan pada awal 2024, dan sekitar 600 karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut diberhentikan.

Keberhasilan Xiaomi dalam industri kendaraan listrik ini tentu menarik perhatian, terutama karena perbedaan hasil yang sangat kontras dengan Apple. Lalu, apa yang membuat Xiaomi berhasil sementara Apple mengalami kegagalan?

1. Xiaomi Manfaatkan Ekosistem yang Terintegrasi

Menurut laporan dari Carscoops, keunggulan utama Xiaomi terletak pada ekosistem teknologinya yang saling terhubung.

Apple memang memiliki sistem integrasi antara perangkat seperti iPhone, MacBook, dan iPad, sementara Samsung juga mengadopsi strategi serupa. Namun, Xiaomi membawa inovasi ini ke level yang lebih tinggi dengan menghubungkan mobil listrik SU7 ke dalam ekosistem teknologinya.

Mobil Xiaomi SU7 dapat terintegrasi dengan berbagai perangkat pintar Xiaomi, seperti smartphone, smartwatch, dan perangkat rumah pintar. Bahkan, mobil ini bisa menyesuaikan pengaturan kabin dan jadwal pengisian daya berdasarkan kebiasaan pemiliknya.

Apple mungkin ahli dalam membangun ekosistem perangkat pintar, tetapi mereka belum pernah mencoba menghubungkannya langsung dengan kendaraan seperti yang dilakukan Xiaomi.

2. Xiaomi Didukung Rantai Pasok yang Kuat

Keunggulan lain Xiaomi adalah akses langsung ke ekosistem industri kendaraan listrik di China.

Apple harus mencari mitra manufaktur dari berbagai negara, sementara Xiaomi bisa mengandalkan rantai pasok dalam negeri yang sudah matang dan siap mendukung produksi mobil listriknya.

China telah menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun infrastruktur industri kendaraan listrik. Xiaomi pun mendapat keuntungan besar dari hal ini, termasuk:

✅ Suplai baterai dari dua raksasa industri, BYD dan CATL
✅ Akses langsung ke pemasok komponen lokal
✅ Akuisisi pabrik Beijing Auto Group untuk memproduksi SU7

Berbeda dengan Apple yang kesulitan mencari produsen yang bersedia bekerja sama, Xiaomi memiliki kebebasan lebih besar dalam mengatur produksi mobilnya.

3. Strategi Harga Xiaomi Lebih Kompetitif

Industri mobil listrik di China dikenal sangat kompetitif, dengan banyak perusahaan bersaing ketat untuk menarik konsumen. Xiaomi juga harus bersaing dengan raksasa lain seperti Huawei, yang agresif mengembangkan mobil listrik bersama beberapa produsen otomotif China.

Namun, Xiaomi memiliki keunggulan dalam strategi harga.

🚗 Xiaomi SU7 dijual mulai dari USD 30.000 (sekitar Rp 492 juta)
🚗 Desain mewah ala Porsche, namun dengan harga yang lebih terjangkau
🚗 Dilengkapi teknologi canggih yang membuatnya menarik bagi konsumen

Bahkan, sejak peluncuran SU7, penjualan Porsche di China turun hingga 30%, menunjukkan bahwa Xiaomi bukan hanya pesaing lokal, tetapi juga ancaman bagi merek global.

Xiaomi Siap Ekspansi ke Pasar Internasional?

Saat ini, Xiaomi tidak berencana berhenti pada model SU7 saja. Perusahaan ini berencana meluncurkan model SUV dan membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Jika strategi ini sukses, bukan tidak mungkin Xiaomi akan merambah pasar internasional dan menantang merek-merek besar di luar China.

Sementara Apple harus merelakan ambisi mereka di industri mobil listrik, Xiaomi justru semakin kuat dan berpotensi menjadi pemain besar dalam pasar kendaraan listrik global.

Tak Hadirkan Model Baru, SPK Mitsubishi di IIMS 2025 Tetap Melonjak!

Meskipun tidak meluncurkan model baru dalam ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, Mitsubishi Motors tetap mencatat pencapaian yang mengesankan. Selama 11 hari penyelenggaraan, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) berhasil memperoleh 2.389 Surat Pemesanan Kendaraan (SPK), melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mitsubishi Xpander Masih Jadi Model Favorit

Dari berbagai model yang dipamerkan, Mitsubishi Xpander dan Xpander Cross tetap menjadi andalan dengan kontribusi penjualan mencapai 56,8% dari total SPK. Sementara itu, Mitsubishi Xforce, SUV kompak yang semakin populer dengan hadirnya varian Ultimate DS, juga berhasil menarik perhatian pengunjung dengan kontribusi 23% dari total penjualan. Tingginya angka pemesanan menunjukkan bahwa model ini semakin diminati oleh konsumen di Indonesia.

Di sisi lain, New Pajero Sport, yang pertama kali diperkenalkan di GIIAS 2024, juga mendapat respons positif dari konsumen. Model SUV ini menyumbang 19% dari total SPK, membuktikan bahwa daya tariknya di pasar Indonesia masih sangat kuat.

Mitsubishi Motors Perkuat Posisi di Pasar Otomotif Indonesia

Presiden Direktur PT MMKSI, Atsushi Kurita, menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap Mitsubishi Motors.

“Hasil positif yang kami capai di IIMS 2025 menjadi bukti bahwa Mitsubishi Motors tetap menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Kami sangat menghargai kepercayaan dan semangat pelanggan dalam memilih serta menggunakan produk dan layanan kami. Mengusung tema ‘Celebrate Every Journey with Mitsubishi Motors,’ kami ingin menghadirkan pengalaman berkendara yang lebih nyaman dan menyenangkan. Bertepatan dengan perayaan 55 tahun perjalanan Mitsubishi Motors di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan menghadirkan solusi mobilitas terbaik bagi pelanggan,” ungkap Atsushi Kurita dalam keterangan resminya.

Selain menampilkan lini produk unggulan, Mitsubishi Motors juga menghadirkan berbagai program penjualan dan layanan purnajual eksklusif selama pameran berlangsung. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepemilikan kendaraan yang lebih mudah, nyaman, dan memuaskan, sekaligus memperkuat loyalitas pelanggan terhadap merek Mitsubishi.

Komitmen Mitsubishi Motors untuk Masa Depan

Kesuksesan di IIMS 2025 semakin memperkokoh posisi Mitsubishi Motors sebagai salah satu brand otomotif terkemuka di Indonesia. Dengan terus menghadirkan inovasi serta meningkatkan kualitas layanan, MMKSI memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan pengalaman terbaik, baik dari segi produk maupun purna jual.

Seiring dengan perjalanan Mitsubishi di Indonesia, perusahaan ini terus berkomitmen untuk menghadirkan kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan mobilitas masyarakat. Melalui inovasi berkelanjutan, Mitsubishi Motors bertekad untuk tetap menjadi bagian dari perkembangan industri otomotif nasional dan memberikan solusi terbaik bagi pelanggan di Tanah Air.

Penjualan Mobil di Indonesia 2025 Diprediksi Sulit Tembus 1 Juta Unit, Apa Penyebabnya?

Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan. Bahkan, angka penjualan diproyeksikan tidak hanya gagal menembus 1 juta unit, tetapi juga sulit mencapai 900 ribu unit.

Joshua Pardede, seorang pengamat ekonomi senior, memaparkan bahwa tantangan di sektor otomotif nasional tahun ini cukup berat. Dalam dialog otomotif yang digelar di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, Joshua mengungkapkan, “Kami memproyeksikan penjualan mobil tahun ini masih berada di bawah angka 900 ribu unit.”

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab lesunya penjualan mobil. Salah satunya adalah penurunan daya beli masyarakat, khususnya di kalangan kelas menengah. Selain itu, harga kendaraan yang terus meningkat turut memperberat kondisi pasar otomotif.

“Kalau kita lihat, kondisi ekonomi saat ini membuat kelas menengah lebih memilih membeli sepeda motor atau mobil bekas. Dengan pertimbangan finansial yang semakin ketat, wajar jika penjualan mobil baru mengalami penurunan,” jelas Joshua.

Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga mobil agar tidak semakin memberatkan konsumen. Selain itu, dukungan dari pemerintah melalui stimulus ekonomi diharapkan dapat memulihkan daya beli masyarakat.

“Salah satu faktor yang berpengaruh besar adalah suku bunga. Jika kondisi ekonomi global membaik dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dapat turun, maka kemampuan masyarakat untuk melakukan pembiayaan mobil baru akan meningkat,” tambahnya.

Dengan tantangan ekonomi yang dihadapi, industri otomotif nasional diharapkan dapat menemukan strategi yang tepat untuk mendorong penjualan agar tidak terpuruk lebih dalam.

Nissan Batalkan Pembicaraan Merger dengan Honda: Perbedaan Visi Jadi Penghalang

Nissan Motor Co. secara resmi mengakhiri negosiasi merger dengan Honda Motor Co., menurut sumber yang mengetahui situasi ini. Keputusan tersebut disampaikan langsung oleh CEO Nissan, Makoto Uchida, kepada CEO Honda, Toshihiro Mibe, dalam pertemuan yang berlangsung di markas Honda di Tokyo pada Kamis pagi.

Langkah ini menutup peluang terbentuknya grup otomotif terbesar ketiga di dunia, yang awalnya direncanakan dengan model penggabungan kedua perusahaan di bawah satu induk usaha pada 2026. Namun, negosiasi mengalami kebuntuan setelah Honda mengajukan proposal agar Nissan menjadi anak perusahaannya—suatu gagasan yang ditolak mentah-mentah oleh dewan direksi Nissan.

Honda disebut merasa frustrasi dengan lambatnya pemulihan bisnis Nissan, yang sedang menghadapi tekanan keuangan besar. Dalam enam bulan pertama tahun fiskal, Nissan mengalami penurunan laba bersih lebih dari 90 persen dan terpaksa memangkas 9.000 pekerjaan di berbagai negara serta mengurangi kapasitas produksi global hingga 20 persen. Honda menganggap Nissan tidak cukup agresif dalam restrukturisasi bisnisnya, yang menjadi alasan utama perubahan proposal merger tersebut.

Meskipun awalnya merger ini dinilai dapat memperkuat daya saing kedua perusahaan dalam pengembangan kendaraan listrik dan perangkat lunak otomotif, ketidaksepakatan terkait struktur kepemimpinan membuat Nissan akhirnya memilih mundur.

Sementara itu, Mitsubishi Motors Corp., yang merupakan mitra aliansi Nissan, juga tampaknya tidak akan berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut karena kekhawatiran akan berkurangnya otonomi perusahaan. Dengan batalnya merger ini, baik Nissan maupun Honda kini harus mencari strategi lain untuk tetap kompetitif di tengah ketatnya persaingan global industri otomotif.

Industri Otomotif Mengalami Penurunan, Sektor Leasing Terimbas Dampaknya

Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan besar yang berdampak langsung pada sektor leasing. Penurunan penjualan mobil yang signifikan pada tahun 2024, diperkirakan mencapai 16,2%, ditambah dengan meningkatnya suku bunga kredit, telah menyebabkan banyak perusahaan leasing merasakan dampak negatif dari kondisi pasar yang lesu ini.

Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara retail pada tahun 2024 hanya mencapai 730.637 unit, mengalami penurunan sebesar 11,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyebab utama dari penurunan ini adalah melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor. Ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi yang tidak stabil sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli kendaraan baru.

Perusahaan leasing mengalami peningkatan kredit macet akibat penurunan daya beli dan ketidakmampuan konsumen untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Senior Executive Vice President Credit and Risk PT Mandiri Utama Finance (MUF), Dapot Sinaga, mengungkapkan bahwa kualitas kredit semakin memburuk, dengan non-performing loan (NPL) di sektor pembiayaan mobil meningkat sepanjang tahun 2024. Ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan dalam mempertahankan portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang sulit.

Sebagai respons terhadap penurunan penjualan mobil baru, banyak perusahaan leasing mulai beralih fokus ke pasar mobil bekas. Pembiayaan untuk mobil bekas menjadi pilihan menarik karena harga yang lebih terjangkau dan permintaan yang meningkat. Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim menyatakan bahwa strategi ini merupakan langkah mitigasi untuk menghadapi lesunya pasar otomotif. Ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap perubahan pasar adalah kunci untuk bertahan dalam industri yang kompetitif.

Pelaku industri otomotif dan leasing berharap pemerintah dapat memberikan dukungan melalui insentif dan kebijakan yang lebih baik untuk mendorong pertumbuhan sektor ini. Beberapa pihak menilai bahwa kebijakan fiskal yang mendukung dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong kembali penjualan kendaraan. Ini mencerminkan harapan akan adanya kolaborasi antara pemerintah dan industri untuk memulihkan kondisi pasar.

Dengan tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif dan sektor leasing, harapan tetap ada agar kondisi ekonomi dapat membaik di tahun 2025. Diharapkan bahwa langkah-langkah strategis yang diambil oleh perusahaan leasing dan dukungan dari pemerintah dapat membantu memulihkan daya beli masyarakat serta meningkatkan penjualan kendaraan. Keberhasilan dalam mengatasi masalah ini akan menjadi indikator penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

Gaikindo Sambut Positif Insentif Fiskal Bagi Industri Otomotif Di Indonesia

Pada 23 Desember 2024, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyambut baik keputusan pemerintah yang memberikan insentif fiskal untuk industri otomotif. Kebijakan ini bertujuan untuk mendongkrak sektor otomotif yang sempat terpuruk akibat dampak pandemi dan tantangan ekonomi global. Gaikindo, sebagai organisasi yang mewadahi para produsen kendaraan, melihat insentif fiskal sebagai langkah strategis untuk mempercepat pemulihan industri otomotif Indonesia yang memiliki potensi besar.

Insentif fiskal yang diberikan meliputi berbagai kemudahan, seperti pengurangan pajak dan subsidi untuk kendaraan ramah lingkungan, yang diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat terhadap mobil baru. Gaikindo menyebutkan bahwa insentif tersebut sangat relevan untuk membantu industri otomotif Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir menghadapi penurunan penjualan. Kebijakan ini juga diharapkan mampu menarik minat konsumen untuk membeli kendaraan baru, sekaligus meningkatkan produksi kendaraan di dalam negeri.

Salah satu aspek penting dari kebijakan insentif fiskal adalah fokus pada kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik (EV). Gaikindo melihat ini sebagai peluang besar untuk memajukan industri otomotif Indonesia menuju era kendaraan listrik. Dengan adanya insentif fiskal untuk kendaraan listrik, produsen otomotif di Indonesia didorong untuk meningkatkan investasi dalam teknologi ramah lingkungan. Hal ini juga mendukung komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.

Gaikindo mengungkapkan keyakinannya bahwa dengan adanya insentif fiskal, industri otomotif Indonesia akan kembali bangkit, dengan proyeksi peningkatan penjualan kendaraan yang signifikan pada tahun 2025. Mereka juga berharap insentif ini akan membuka peluang ekspor bagi produk otomotif Indonesia, yang dapat meningkatkan daya saing global. Gaikindo menegaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan di Asia Tenggara.

Menurut Gaikindo, insentif fiskal ini juga akan mempercepat proses transformasi dalam industri otomotif, dengan memperkenalkan teknologi baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Di samping itu, kebijakan ini turut memberikan dampak positif terhadap sektor pendukung otomotif, seperti manufaktur komponen dan penyedia layanan purna jual. Dengan demikian, insentif fiskal ini tidak hanya mendukung produsen kendaraan, tetapi juga menciptakan ekosistem industri otomotif yang lebih berkelanjutan di Indonesia.

Gandeng MG Motor Indonesia, Bank Mayapada Komitmen Perkuat Industri Otomotif Di Seluruh RI

Bank Mayapada (MAYA) mengumumkan kemitraannya dengan MG Motor Indonesia dalam sebuah langkah strategis untuk memperkuat posisi mereka di industri otomotif Tanah Air. Kerjasama ini bertujuan untuk mendukung pengembangan sektor otomotif Indonesia, dengan fokus pada penyediaan layanan pembiayaan kendaraan dan pengembangan produk otomotif yang lebih ramah lingkungan. Melalui kemitraan ini, Bank Mayapada berencana memperkenalkan berbagai program pembiayaan inovatif untuk konsumen MG Motor di Indonesia.

Dalam kemitraan ini, Bank Mayapada akan menawarkan berbagai fasilitas pembiayaan yang lebih fleksibel kepada konsumen MG Motor Indonesia, khususnya untuk kendaraan baru yang lebih ramah lingkungan seperti mobil listrik. “Dengan adanya kerjasama ini, kami berharap dapat memberikan akses yang lebih mudah bagi konsumen untuk memiliki kendaraan MG, termasuk kendaraan listrik yang semakin populer di pasar Indonesia,” ujar Presiden Direktur Bank Mayapada, Arief Budiman. Program pembiayaan ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak konsumen, terutama yang tertarik dengan teknologi mobil listrik.

Kolaborasi dengan MG Motor Indonesia juga mendukung pengembangan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Seiring dengan tren global yang semakin condong pada kendaraan listrik dan hybrid, kedua perusahaan berkomitmen untuk menyediakan solusi otomotif yang lebih ramah lingkungan. MG Motor Indonesia sendiri telah memperkenalkan beberapa model kendaraan listrik yang mendapatkan sambutan positif di pasar Indonesia. “Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Bank Mayapada untuk mempermudah masyarakat Indonesia mengakses kendaraan berkualitas tinggi yang juga ramah lingkungan,” kata CEO MG Motor Indonesia.

Kerjasama ini tidak hanya menguntungkan kedua belah pihak, tetapi juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri otomotif Indonesia yang terus berkembang. Industri otomotif Indonesia saat ini mengalami transformasi besar, terutama dalam hal kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan lainnya. Bank Mayapada melihat sektor otomotif sebagai area yang sangat potensial untuk memperluas layanannya, dan kemitraan ini akan menjadi bagian dari upaya mereka untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kedepannya, Bank Mayapada dan MG Motor Indonesia berencana untuk terus memperluas kolaborasi mereka, baik dalam hal pembiayaan kendaraan maupun dalam hal pengembangan produk otomotif yang lebih berkelanjutan. “Kami berharap kerjasama ini dapat memperkuat sektor otomotif Indonesia dan memberi dampak positif bagi masyarakat,” tutup Arief Budiman. Dengan adanya dukungan yang lebih besar bagi konsumen, khususnya dalam hal akses pembiayaan, industri otomotif Indonesia akan semakin berkembang dan bertransformasi menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan di masa depan.

Persaingan Usaha Tak Sehat Di Industri Otomotif, KPPU Diminta Turun Tangan

Pada tanggal 9 Oktober 2024, isu mengenai persaingan usaha yang tidak sehat di industri otomotif semakin mengemuka. Beberapa pelaku industri mengeluhkan praktik monopoli dan diskriminasi harga yang merugikan. Dalam konteks ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diminta untuk turun tangan dan melakukan investigasi lebih mendalam.

Banyak pelaku usaha kecil di sektor otomotif merasa tertekan akibat dominasi beberapa perusahaan besar yang melakukan praktik monopoli. Mereka mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan besar ini seringkali menetapkan harga yang tidak realistis dan menghalangi akses bagi pesaing baru untuk memasuki pasar. Hal ini tidak hanya mengancam keberlangsungan usaha kecil, tetapi juga mengurangi pilihan bagi konsumen.

Selain monopoli, diskriminasi harga juga menjadi isu serius dalam industri otomotif. Beberapa dealer mengaku mendapatkan penawaran harga yang berbeda untuk produk yang sama, tergantung pada ukuran dan kekuatan perusahaan mereka. Praktik ini menciptakan ketidakadilan di pasar dan merugikan konsumen yang seharusnya mendapatkan harga yang wajar.

Menanggapi masalah ini, KPPU mengungkapkan komitmennya untuk memantau dan menyelidiki dugaan praktik anti-persaingan di industri otomotif. Ketua KPPU, “Chandra,” menyatakan bahwa mereka siap menerima laporan dari pelaku usaha dan masyarakat. KPPU juga mengingatkan bahwa pihaknya memiliki wewenang untuk mengambil tindakan hukum terhadap perusahaan yang terbukti melanggar regulasi.

Keterlibatan konsumen dan stakeholder lainnya sangat penting dalam menghadapi masalah ini. Masyarakat diimbau untuk melaporkan praktik-praktik yang merugikan, seperti penetapan harga yang tidak wajar. Selain itu, asosiasi industri juga diminta untuk berperan aktif dalam menciptakan iklim persaingan yang sehat dan mendukung usaha kecil.

Dengan perhatian yang semakin meningkat terhadap persaingan yang tidak sehat, diharapkan industri otomotif dapat kembali ke jalur yang benar. Jika KPPU dapat bertindak tegas dan efektif, maka hal ini akan membawa dampak positif bagi pelaku usaha dan konsumen. Para pelaku industri berharap adanya keadilan dan keseimbangan dalam persaingan, sehingga pasar dapat berkembang secara sehat dan berkelanjutan.