Nissan Batalkan Pembicaraan Merger dengan Honda: Perbedaan Visi Jadi Penghalang

Nissan Motor Co. secara resmi mengakhiri negosiasi merger dengan Honda Motor Co., menurut sumber yang mengetahui situasi ini. Keputusan tersebut disampaikan langsung oleh CEO Nissan, Makoto Uchida, kepada CEO Honda, Toshihiro Mibe, dalam pertemuan yang berlangsung di markas Honda di Tokyo pada Kamis pagi.

Langkah ini menutup peluang terbentuknya grup otomotif terbesar ketiga di dunia, yang awalnya direncanakan dengan model penggabungan kedua perusahaan di bawah satu induk usaha pada 2026. Namun, negosiasi mengalami kebuntuan setelah Honda mengajukan proposal agar Nissan menjadi anak perusahaannya—suatu gagasan yang ditolak mentah-mentah oleh dewan direksi Nissan.

Honda disebut merasa frustrasi dengan lambatnya pemulihan bisnis Nissan, yang sedang menghadapi tekanan keuangan besar. Dalam enam bulan pertama tahun fiskal, Nissan mengalami penurunan laba bersih lebih dari 90 persen dan terpaksa memangkas 9.000 pekerjaan di berbagai negara serta mengurangi kapasitas produksi global hingga 20 persen. Honda menganggap Nissan tidak cukup agresif dalam restrukturisasi bisnisnya, yang menjadi alasan utama perubahan proposal merger tersebut.

Meskipun awalnya merger ini dinilai dapat memperkuat daya saing kedua perusahaan dalam pengembangan kendaraan listrik dan perangkat lunak otomotif, ketidaksepakatan terkait struktur kepemimpinan membuat Nissan akhirnya memilih mundur.

Sementara itu, Mitsubishi Motors Corp., yang merupakan mitra aliansi Nissan, juga tampaknya tidak akan berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut karena kekhawatiran akan berkurangnya otonomi perusahaan. Dengan batalnya merger ini, baik Nissan maupun Honda kini harus mencari strategi lain untuk tetap kompetitif di tengah ketatnya persaingan global industri otomotif.

Honda Minta Nissan Lepas Saham Renault Sebelum Merger Terjadi

Honda mengajukan permintaan kepada Nissan untuk membeli kembali saham Renault yang dimiliki sebelum merger antara kedua perusahaan berlangsung. Permintaan ini muncul di tengah rencana merger yang direncanakan akan dimulai pada Juni 2025, dan mencerminkan kekhawatiran Honda terhadap pengaruh Renault dalam struktur baru yang akan terbentuk.

Renault saat ini memiliki 35,7% saham di Nissan, menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar. Honda khawatir bahwa keberadaan Renault dalam aliansi Nissan dapat mengganggu dinamika dan tujuan strategis dari merger yang direncanakan. Dengan menghilangkan pengaruh Renault, Honda berharap dapat menciptakan sinergi yang lebih baik antara kedua perusahaan. Ini menunjukkan bahwa dalam dunia bisnis otomotif, kepemilikan saham dapat memiliki dampak signifikan terhadap keputusan dan arah strategis perusahaan.

Merger antara Honda dan Nissan diperkirakan akan menjadikan mereka sebagai salah satu konglomerat otomotif terbesar di dunia. Rencana ini mencakup berbagai aspek, termasuk transfer saham dan kolaborasi dalam pengembangan teknologi. Namun, keberadaan Renault sebagai pemegang saham utama di Nissan menjadi kendala yang harus diselesaikan sebelum merger dapat dilaksanakan. Ini mencerminkan kompleksitas yang sering terjadi dalam negosiasi merger di industri otomotif.

Jika Nissan berhasil membeli kembali saham Renault, hal ini dapat memberikan stabilitas dan kejelasan bagi kedua perusahaan dalam menjalankan strategi baru mereka. Dengan menghilangkan ketidakpastian terkait pengaruh pihak ketiga, Honda dan Nissan dapat lebih fokus pada inovasi dan pengembangan produk baru. Ini menunjukkan bahwa keputusan strategis seperti ini dapat mempengaruhi posisi kompetitif mereka di pasar global.

Meskipun permintaan Honda terdengar logis, tantangan keuangan yang dihadapi Nissan tidak bisa diabaikan. Saat ini, Nissan mengalami kesulitan finansial yang membuat pembelian kembali saham menjadi tantangan besar. Dengan margin laba operasional yang menurun drastis, kemampuan Nissan untuk memenuhi permintaan Honda masih diragukan. Ini mencerminkan tantangan nyata yang harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar dalam mencapai tujuan strategis mereka.

Dengan adanya permintaan dari Honda untuk melepaskan pengaruh Renault sebelum merger, semua pihak berharap agar proses negosiasi dapat berjalan lancar. Diharapkan bahwa langkah-langkah strategis ini tidak hanya akan memperkuat posisi Honda dan Nissan di pasar otomotif global tetapi juga memberikan dampak positif bagi industri secara keseluruhan. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah ini akan menjadi langkah penting menuju masa depan yang lebih cerah bagi kedua perusahaan.