BYD Dan SAIC Tekan Pemasok Untuk Turunkan Harga Pada Tahun 2025

Dalam upaya untuk mempertahankan daya saing, dua raksasa otomotif Cina, BYD dan SAIC, dikabarkan telah menekan pemasok untuk menurunkan harga bahan baku pada tahun 2025. Langkah ini muncul di tengah meningkatnya permintaan untuk kendaraan listrik (EV) di pasar domestik dan internasional, serta tantangan harga bahan baku yang semakin tinggi. Permintaan kendaraan listrik yang terus tumbuh di Cina dan pasar global memaksa produsen otomotif untuk menekan biaya produksi agar tetap menjaga margin keuntungan dan tetap kompetitif.

Salah satu alasan di balik langkah ini adalah kenaikan harga bahan baku penting seperti lithium, nikel, dan kobalt yang digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik. Bahan baku tersebut mengalami lonjakan harga dalam beberapa tahun terakhir, yang berdampak pada biaya produksi EV secara keseluruhan. Dengan adanya tekanan dari perusahaan otomotif besar seperti BYD dan SAIC, pemasok diharapkan dapat mencari cara untuk menurunkan harga bahan baku tanpa mengorbankan kualitas. Ini menjadi tantangan besar bagi industri yang bergantung pada rantai pasokan global untuk bahan baku.

BYD dan SAIC memiliki kekuatan besar di pasar otomotif Cina, dan keduanya diketahui memiliki rencana untuk memperkuat hubungan dengan pemasok mereka melalui kontrak pembelian massal. Melalui strategi ini, kedua perusahaan berharap dapat menurunkan harga bahan baku dalam skala besar dengan menjamin permintaan yang stabil dan besar kepada pemasok. Langkah ini juga diharapkan bisa mempercepat upaya diversifikasi sumber pasokan bahan baku untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada satu pemasok atau wilayah tertentu.

Keputusan ini tidak hanya berpengaruh pada pemasok bahan baku, tetapi juga akan berdampak pada industri otomotif secara keseluruhan, baik di Cina maupun global. Untuk memastikan kelancaran proses ini, BYD dan SAIC juga diharapkan untuk bekerja sama dengan pemerintah Cina. Pemerintah Cina yang mendukung transisi ke kendaraan listrik mungkin akan memberikan insentif atau kebijakan untuk mempercepat penurunan biaya produksi, termasuk subsidi atau pengurangan pajak bagi pemasok bahan baku dan produsen baterai. Pemerintah juga dapat memperkenalkan kebijakan untuk mendukung pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dalam penggunaan bahan baku langka.

Bagi konsumen, turunnya harga bahan baku akan berpotensi menurunkan harga kendaraan listrik di pasar, menjadikannya lebih terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak orang. Ini sangat penting untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di pasar domestik dan internasional, terutama di negara-negara dengan insentif pemerintah untuk kendaraan ramah lingkungan. Penurunan harga mobil EV ini dapat mendorong persaingan lebih ketat antar produsen kendaraan listrik, dengan BYD dan SAIC diharapkan dapat menawarkan kendaraan dengan harga yang lebih bersaing.

Keputusan ini juga memiliki dampak jangka panjang yang signifikan di pasar global. Jika BYD dan SAIC berhasil menurunkan harga bahan baku dan produksi EV, mereka mungkin dapat memimpin pasar kendaraan listrik global. Hal ini akan mempercepat transisi dunia menuju kendaraan listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, dengan semakin murahnya harga mobil listrik, negara-negara yang berkomitmen mengurangi emisi karbon juga bisa mempercepat target pengurangan emisi mereka, sejalan dengan upaya global untuk menangani perubahan iklim.