Chery Indonesia Gelontorkan Rp100 Miliar Permudah Masyarakat Miliki EV

Jakarta – Chery Indonesia mengumumkan komitmen investasi sebesar Rp100 miliar untuk mempermudah akses masyarakat dalam memiliki kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia.

Investasi tersebut akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik di berbagai daerah. “Kami ingin memastikan bahwa pemilik EV tidak hanya mendapatkan mobil yang ramah lingkungan, tetapi juga kemudahan dalam mengisi daya. Kami berkomitmen untuk membangun jaringan charging station di lokasi strategis,” kata Davy J. Tuilan, Managing Director Chery Indonesia.

Chery Indonesia juga berencana memberikan berbagai insentif bagi konsumen yang membeli EV mereka. Insentif ini mencakup potongan harga dan program cicilan yang lebih ringan. “Kami ingin mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik. Dengan berbagai kemudahan ini, kami harap lebih banyak orang yang mau mencoba,” tambah Davy.

Sebagai bagian dari program ini, Chery Indonesia juga akan meluncurkan kampanye edukasi mengenai manfaat dan penggunaan EV. “Kami percaya bahwa edukasi sangat penting untuk mengubah pola pikir masyarakat mengenai kendaraan listrik. Melalui workshop dan seminar, kami ingin membagikan informasi yang tepat,” ungkap Davy.

Chery Indonesia berkomitmen untuk mendukung visi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih. “Kendaraan listrik adalah salah satu solusi untuk mencapai tujuan tersebut. Kami ingin menjadi bagian dari perubahan ini,” tegasnya.

Dengan investasi Rp100 miliar dan berbagai program yang direncanakan, Chery Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mempermudah masyarakat dalam memiliki kendaraan listrik. Dengan dukungan infrastruktur yang baik dan edukasi yang tepat, diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk beralih ke EV, mendukung pergeseran menuju transportasi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.

Beli Mobil Listrik Masyarakat Masih Mikir Harga Jual Kembali

Jakarta — Meskipun popularitas mobil listrik terus meningkat, banyak masyarakat yang masih ragu untuk berinvestasi dalam kendaraan ramah lingkungan ini. Salah satu kekhawatiran utama adalah harga jual kembali yang dianggap belum pasti. Hal ini menghambat banyak calon pembeli dalam mengambil keputusan.

Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset otomotif, sekitar 65% responden mengaku khawatir tentang nilai jual kembali mobil listrik mereka. “Kami melihat bahwa harga mobil listrik cenderung lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional. Namun, belum ada kepastian mengenai harga jual kembali setelah beberapa tahun penggunaan,” ungkap Andi Prasetyo, analis otomotif.

Selain itu, faktor lainnya yang memengaruhi keputusan membeli adalah infrastruktur pengisian daya yang masih berkembang. Masyarakat khawatir tentang ketersediaan tempat pengisian listrik di area tinggal mereka, yang dapat memengaruhi kenyamanan dan kepraktisan penggunaan mobil listrik. “Kami perlu memastikan bahwa pengisian daya mudah diakses sebelum memutuskan untuk membeli,” tambah Andi.

Di sisi lain, pemerintah terus berupaya untuk mendorong adopsi mobil listrik melalui berbagai insentif, seperti pengurangan pajak dan subsidi untuk pembelian. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi beban biaya awal yang ditanggung oleh pembeli. Namun, para ahli berpendapat bahwa fokus juga perlu diberikan pada peningkatan infrastruktur dan edukasi bagi masyarakat mengenai keuntungan mobil listrik.

Beberapa dealer mobil listrik mulai menawarkan program trade-in, di mana pelanggan dapat menukar mobil lama mereka dengan harga yang lebih baik jika mereka memilih untuk membeli mobil listrik. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat mengenai nilai jual kembali.

Dengan semakin banyaknya pilihan dan dukungan dari pemerintah, diharapkan ke depan lebih banyak masyarakat yang berani beralih ke mobil listrik. Namun, transparansi mengenai nilai jual kembali dan peningkatan infrastruktur tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk mempermudah transisi ini.